Jumat, 20 April 2012

Kisah Wanita Pengemudi Bus TransJakarta


Henny Prichatiningsih sudah menjajal berbagai macam profesi. Mulai dari instruktur aerobik, pelatih tari, hingga guru taman kanak-kanak. Wanita 40 tahun asal Cilacap itu, sama sekali tak menyangka akan menekuni profesi pengemudi Bus TransJakarta. 

Dalam perjalanan dari halte Blok M sampai Kota, Henny bercerita tentang perjalanan kariernya di sejumlah negara. "Sebelum disini saya pernah ke Selandia baru, Australia, dan kemudian usaha restoran di Korea," katanya.

Henny memutuskan kembali ke Tanah Air atas desakan keluarga. Bukannya setia dengan jalur karier sebelumnya, ia malah tertantang saat melihat lowongan pekerjaan sopir bus untuk wanita. "Ini menarik, saya lalu mendaftar dan diterima," ujarnya. 

Ia merasa tertantang menjalani profesi yang menjadi dominasi pria. "Awalnya kan penasaran, Sepertinya asyik ya bawa bus, keliling Jakarta, lihat orang dengan berbagai macam karakter, keliling- keliling," ujarnya. "Penghasilannya juga lumayan, bisa untuk bantu suami."

Sudah hampir enam tahun wanita yang sempat bercita-cita menjadi Polwan ini menjadi Pramudi Bus TransJakarta. Masa-masa sulit dan adaptasi sudah lewat. Ia sudah sangat lihai memberhentikan bus dengan posisi pintu pas dengan pintu halte. 

Meski mengemudikan di jalur khusus yang lurus, ia tetap harus waspada. Pekerjaannya tetap berisiko tinggi. Taruhannya adalah nyawa penumpang dan pengendara di sekitar. "Apalagi sering sekali motor tiba-tiba menyerobot jalur," ujarnya. 

Lulusan Diploma 3 Seni Tari ini bersyukur sampai saat ini belum mengalami insiden buruk. Baginya, kuncinya adalah konsentrasi. 

Menjalani profesi pengemudi bus kota tak membuatnya merasa malu. Di tengah cibiran lingkungan sekitar, ia sama sekali tak terpikir alih profesi. "Orangtua saya justru bangga anak perempuannya jadi sopir bus. Suami saya juga selalu support," ujarnya. 

Sebagai wanita pengemudi bus, ia berharap hari Kartini menjadi momentum bagi pemerintah untuk lebih memberikan perlindungan terhadap perempuan, khususnya di ruang publik. "Perlindungan terhadap perempuan harus lebih ditingkatkan, ada kasus pemerkosaan, pelecehan di angkot, itu nggak akan terjadi kalau pemerintah lebih serius," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar